Pages

Senin, 09 Desember 2013

KONSEP DAN PENERAPAN TEORI BELAJAR PEMROSESAN INFORMASI (SIBERNETIK) DALAM DESAIN PESAN PEMBELAJARAN



A.      Konsep Teori Belajar Pemrosesan Informasi 
Teori belajar pemrosesan informasi/ sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan teori-teori belajar lainnya. Menurut teori sibernetik, "belajar" adalah pemrosesan informasi. Teori ini lebih mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari. Bagaimana proses belajar berlangsung, sangat ditentukan oleh sistem informasi dari pesan tersebut. Oleh sebab itu, teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.

Asumsi teori belajar sibernetik (Lusiana, 1992): 
  1. Antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi di mana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu. 
  2. Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk atau pun isinya.
  3.  Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas terbatas.
Sekilas, teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses. Informasi inilah yang akan menentukan proses. Asumsi lain dari teori pemrosesan  ini adalah bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, dan cocok untuk semua siswa. Oleh karena itu, sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.

Pemrosesan informasi menurut Pressley, (1990):
Pertama-tama, manusia menangkap informasi dari lingkungan melalui organ-organ sensorisnya (mata, telinga, hidung, dan sebagainya). Beberapa informasi disaring (diabaikan) pada tingkat sensoris, kemudian sisanya dimasukkan ke dalam ingatan jangka pendek (kesadaran). Ingatan jangka pendek mempunyai kapasitas pemeliharaan informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus diproses sedemikian rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan), jika tidak akan lenyap dengan cepat. Bila diproses, informasi dari ingatan jangka pendek (short-term memory) dapat ditransfer ke dalam ingatan jangka panjang (long-term memory). Ingatan jangka panjang (long-term memory) merupakan hal penting dalam proses belajar. Menurut Anderson (dalam Pressley, 1990), tempat penyimpanan jangka panjang mengandung informasi faktual (disebut pengetahuan deklaratif) dan informasi mengenai bagaimana cara mengerjakan sesuatu (disebut pengetahuan prosedural).
Komponen pemrosesan informasi dipilah berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya. Komponen tersebut adalah:
1.      Sensory Receptor (SR) 
Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, bertahan dalam waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
2.     Working Memory (WM) 
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu. Karakteristik WM adalah memiliki kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik tanpa pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan jumlah informasi tidak melebihi kapasitas disamping melakukan pengulangan.
3.      Long Term Memory (LTM)
Long Term Memory (LTM) diasumsikan:
a) berisi semua pengetahuan yan telah dimiliki individu,
b) mempunyai kapasitas tidak terbatas,
c) sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.

Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara hirarkhis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.

B. Penerapan Teori Belajar Pemrosesan Informasi dalam Desain Pesan Pembelajaran 
Teori belajar pemrosesan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan kemampuannya berubah pada situasi tertentu. Desain pesan pembelajaran perlu adanya media untuk menyajikan informasi. Kemampuan sensorik mengacu pada jalur pemrosesan informasi yang dipakai untuk memproses informasi yang diperoleh, seperti proses penerimaan informasi visual atau auditorial. Misalnya media audiovisual yang digunakan  untuk menyampaikan materi  dirancang sebaik mungkin agar lebih mudah dipahami oleh penerima informasi. Sebenarnya istilah desain pesan mengacu pada proses manipulasi, atau rencana manipulasi dari sebuah pola tanda yang  memungkinkan untuk mengkondisi  pemerolehan informasi. Jadi, dalam penyampaian informasi lewat multimedia instruksional baru akan  bermakna jika informasi yang diterima diseleksi pada setiap penyimpanan, diorganisasikan ke dalam representasi yang berhubungan, serta dikoneksikan dalam tiap penyimpanan.

 Tujuh  rumpun model pemrosesan informasi, yaitu:
1.     Model berfikir induktif, dirancang untuk pengembangan proses mental induktif dan penalaran akademik, atau pembentukan teori.
2.     Model latihan inkuiri, dirancang untuk menghadapi penalaran kausal dan untuk lebih fasih dan tepat dalam mengajukan pertanyaan, membentuk konsep dan hipotesis.
3.     Inkuiri ilmiah, dirancang untuk mengajar sistem penelitian dari suatu disiplin tetapi juga diharapkan untuk mempunyai efek dalam kawasan-kawasan lain.
4.     Pencapaian konsep, dirancang untuk mengembangkan penalaran induktif, juga untuk perkembangan dan analisis konsep.
5.     Model penata lanjutan, dirancang  untuk meningkatkan efisiensi kemampuan pemrosesan informasi untuk menyerap dan mengaitkan bidang-bidang pengetahuan.
6.     Memori, dirancang untuk meningkatkan kemampuan mengingat.
7.     Sinektik, dirancang untuk perkembangan pribadi dalam kreativitas dan pemecahan masalah kreatif

Manfaat teori pemrosesan informasi antara lain : 
  1. Membantu terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah
  2. Menjadikan strategi pembelajaran yang berorientasi pada proses lebih menonjol
  3. Kapabilitas belajar dapat disajikan secara lengkap
  4.  perbedaan individual terlayani

DAFTAR REFERENSI



Asri Budingsih. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY
    _____________. 2003. Desain Pesan Pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY     
Agus Wedi. 2011. Diakses dari http://aguswedi.blogspot.com/2011/11/makalah-tugas-teori-sibernetik/, pada tanggal 1 Maret 2012
Arjuna. 2011. Diakses dari http://arjunabelajar.wordpress.com/2011/12/01/teori-pemrosesan-informasi-sibenrnetik/, pada tanggal 1 Maret 2012
I Gede Wawan Sudhata. 2012. Diakses dari http://www.undiksha.ac.id/e-learning/ staff/images/img_info/4/12-548.pdf, pada tanggal 1 Maret 2012
Zulkifli. 2011, diakses dari http://blogzulkifli.wordpress.com/2011/06/08/teori-pemrosesan-informasi/, pada tanggal 1 Maret 2012
 


0 komentar:

Posting Komentar